BERITA DUNIA - Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Sukmandaru Prihatmoko menyebut, hingga kini belum ada teori yang mampu mengantisipasi terjadinya gempa bumi dan tsunami sehingga bencana alam di Kota Palu dan Kabupaten Donggala menimbulkan korban yang banyak.
Menurut Sukmandaru, saat ini ilmuwan hanya mampu memprediksi lokasi epicenter, besarnya magnitute dan waktu terjadinya dan itu pun belum tentu akurat. Maka hanya itu lah satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi korban lebih banyak.
"Para ahli memang terus berupaya melakukan pendekatan-pendekatan, misalnya dengan mempelajari siklus gempa di suatu daerah dengan mempelajari sejarah kegempaan. Tapi tetap saja belum bisa akurat," kata Sukmandaru.
Sukmandaru melanjutkan, para ahli terus berupaya mengembangkan teorinya dengan mengenali dan menetapkan zona atau patahan bumi yang menjadi penyebab gempa bumi. Hasilnya, disosialisasikan kepada masyarakat agar sadar dan bisa waspada.
"Melakukan mitigasi dengan membuat masyarakat sadar daerah mana saja yang rawan gempa atau tsunami, dan melatih diri untuk bersiap menghadapinya kalau ada kejadian gempa dan tsunami," tuturnya.
Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR dilanjutkan tsunami mengguncang Palu, Sulawesi Tengah pada Jumat 28 September.
Dilaporkan korban meninggal di Palu mencapai 400 orang dan terluka 540 orang. Sedangkan data korban di Donggala belum bisa dikonfirmasi, karena wilayah itu belum bisa terjangkau.
Posting Komentar